Ads

Ekse Cewek Berhijab

Ekse Cewek Berhijab - Sebenarnya aku tak pernah pernah berpikir untuk bersetubuh dengan wanita berjilbab, namun apa mau dikata nasib berkata lain.


Perkenalkan namaku Tama, umurku 28 tahun, tinggi badanku 170cm, postur tubuhku tegap, rambutku lurus dan ukuran penisku normal, panjangnya kira-kira 13cm dan diameternya tak tahu karena tak pernah aku ukur tapi lumayan besarlah soalnya kalau di genggam tidak semua tertutup.
Aku bekerja di perusahan asing sebagai karyawan. Aku tinggal di rumah kost yang jaraknya gak begitu jauh dengan tempat kerjaku. Aku juga mempunyai tetangga kost namanya Bu Asih, umurnya sekitar 34tahun. Dia mempunyai 2 orang anak. Bu Asih kesehariannya memakai jilbab. Suami bu Asih bekerja di Bank Swasta.
Setiap hari Bu Asih ini memakai jilbab yang panjang-panjang menutupi semua anggota badannya. Boleh dikatakan Bu Asih terlalu sempurna untuk ukuran seorang wanita yang sudah berumah tangga dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.
Pagi itu, suami bu Asih sudah berangkat pergi ke kantor untuk bekerja, sedangkan aku masih di rumah rencananya agak siangan baru berangkat ke kantor.
“Tama…” suara bu Asih memanggilku dari rumahnya. Karena aku masih bermalas-malasan jadi aku belum berniat bangun untuk menghampiri bu Asih.
“Ma..Tama…Ibu minta tolong donk…” panggilnya lagi. Tapi aku masih saja malas untuk beranjak dari tempat tidurku.
Karena mungkin aku tak segera datang menghampirinya, maka terdengar bu Asih dengan pelan-pelan membuka pintu rumahku dan kemudian masuk. Dia mencari aku. Aku lalu berpura-pura menutup mataku ketika dia sampai di kamarku.
“Oooh…” gumamnya. Terlihat dia kaget melihatku, karena memang sudah kebiasaan aku kalau tidur tak pernah pakai baju cuma pakai CD saja ditambah dengan penisku yang sedang menegang. Kebiasaan kalau bangun tidur mesti tegang. Dan seketika itu bu Asih langsung balik melangkah menjauh dari kamarku. Aku coba mengintipnya dengan sedikit membuka mataku. Tapi tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat ke kamarku lagi akupun kembali berpura-pura tidur dengan membuka sedikit mataku. Dia mengendap-endap mengintip ke dalam kamarku sambil tersenyum. Cukup lama juga bu Asih mengintipku dan setelah itu dia langsung balik lagi ke rumahnya.
Besuk paginya setelah semua anak dan suaminya pergi, terdengar di samping rumahku dibagian belakang ada yang sedang mencuci baju, aku mencoba untuk mengintipnya kebetulan rumah kami bagian belakang cuma tertutup tembok sedada saja jadi aku bisa dengan mudah mengintipnya. Rupanya bu Asih sedang mencuci pakaian. Dan yang membuat aku kaget bu Asih hanya menggunakan daster saja. Karena dasternya panjang jadi dasternya basah sampai ke pinggul.
Saat sedang mengintip, tiba-tiba bu Asih berdiri dang mengangkat dasternya serta melepas CDnya dan langsung mencucinya. Otomatis vagina bu Asih terlihat dari luar daster ynag basah kuyub. Dan seketika itu juga pikiran nakalku langsung beraksi. Otakku berpikir ingin sekali merasakan vaginanya bu Asih.
“Maaf bu Asih kemarin kayaknya memanggil saya ya? Ada perlu apa bu?” kataku mengagetkannya. Dan serta merta bu Asih langsung merapikan dasternya yang tersingkap sampai ke paha.
“Oh ya mas Tama, kemarin aku mau minta tolong untuk pasangin lampu kamar mandi..” jawabnya sedikit gugup.
“Ya udah kalau gitu sekarang aja bu aku pasangin…” kataku sambil melihat isi dasternya.
“Iya mas gakpapa…langsung loncat aja ya…hehehee…” jawabnya.
Dengan segera aku meloncat tembok dan masuk ke pekarangan rumah belakang bu Asih. Kemudian bu Asih melangkah menuju kamar mandi depan dan aku mengikutinya dari belakang.
“Seandainya aku bisa merasakan mengelus pantat dan merasakan vagina bu Asih pasti nikmat sekali rasanya” gumamku dalam hati.
“Ini mas lampunya dan ini kursinya…hati-hati ya mas…” katanya membuyarkan lamunanku. Akupun langsung memasang lampunya sedangkan bu Asih kembali ke belakang untuk menyelesaikan cuciannya. Setelah selesai memasang segera aku ke belakang menemui bu Asih dan berkata,
“Maaf Bu, lampunya sudah terpasang…” Kemudian bu Asih langsung berdiri, tapi kemudian dia terpeleset kearahku, dan secara reflex aku menangkapnya. Tanpa sengaja tanganku mengenai buah dadanya yang montok dan tanganku yang satunya menangkap pantatnya yang tak pakai CD hanya tertutup daster yang basah.
“Maaf mas Tama, agak licin lantainya” katanya tersipu malu.
“Gakpapa bu…hehehe…” jawabku.
“Oya mas, tunggu sebentar ya aku bikinin teh manis” ujarnya. Kemudian dia berjalan ke dapur dan aku mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuannya.
Saat dia lagi mengaduk gula dalam gelas dengan segera aku memeluknya dari belakang. Tentu saja dia kaget setengah mati sambil teriak.
“Apa-apaan sih kamu…”
“Maaf bu, aku jadi terangsang melihat kecantikan dan keseksian bu Asih…” kataku sambil kuciumi telinga belakangnya.
“Hentikan Tama, aku sudah punya anak dan suami” katanya. Tapi bu Asih tidak berusaha menghindar dari ciumanku dan pegangan tanganku yang mampir di pinggangnya dan dadanya.
“Arrghhh…Tama….” Desahnya sambil tubuhnya menggeliat. Dia langsung membalikkan badannya menghadap kearahku. Semula bu Asih yang mencoba menghentikanku sekarang berubah menjadi lulut padaku. Langsung aku cium bibirnya dia pun membalas ciumanku dia memeluk leherku. Mulut kami saling beradu, sambil tanganku mencoba menggerayangi buah dadanya. Kulihat dasternya memakai kancing 2 saja di atas dadanya kemudian aku membukanya dan tersembullah buah dadanya yang putih mulusss “Sluuurp…” kujilat dan isap pentilnya.
“Oooohhh Tamaaa….aahhh…” desahnya lirih. Karena dari tadi dia tidak pakai celana dalam maka dengan gampang itilnya ku usap-usap dengan kedua jariku dengan menyingkap dasternya keatas.
“Sssttthhhh Tamaaa…” desahnya lagi. Kemudian aku berjongkok, kudekatkan kepalaku ke memeknya dan kakinya kurenggangkan “Sluruupp….” pelan-pelan kujilati itil dan memeknya lagi-lagi dia mendesah
“Oooohhh…aaahh… terus Tamaaa…enak sekaliii….” desahnya pelan.
Dan tanpa berlama-lama kemudian kubuka celana pendekku dan terpampanglah kontolku yang sudah tegang. Kusibakkan lagi dasternya, namun tidak sampai terbuka semuanya hanya sampai di perutnya saja dan mulut kami mulai beradu lagi saling melumat.
“Oooohh…Bu Asihh…sungguuh nikmat bibir dan memekmu…” bisikku padanya.
Sambil menjilat seluruh rongga mulutnya kubawa dia ke atas meja makannya dan kusandarkan bu Asih di pinggiran meja, tanganku kumainkan kembali ke itil dan sekitaran memeknya
“Aaahhh…Tama..ayo masukkan kontolmu ibu udah gak tahan lagi…” pintanya penuh nafsu.
Kemudian kupegang kontolku dan kuarahkan ke lubang memeknya yang sudah sangat basah dan licin. “Bleeeessss….” Dengan mudah kontolku masuk ke dalam lubang memeknya.
Aaargghhh Tamaaaa…..” teriaknya menahan nikmat.
Kupompa kontolku ke dalam memeknya secara berirama, tak henti-hentinya bu Asih mendesah dan merintih, seperti orang ynag haus akan sex. Tak berapa lama lalu kubalikkan badannya dan tangannya memegang pinggiran meja, kutusuk memeknya dari belakang “Bleessssss”
“Yeeessss…aaahhh…” teriaknya.
Kuhujam sekeras-kerasnya kontolku dalam memeknya sambil tanganku remas-remas payudaranya. Kulihat dari belakang sangat bagus gaya bu Asih saat nungging, tanpa melepas dasternya kusodokkan terus kontolku.
Hingga kurang lebih setengah jam bu Asih berkata padaku,
“Tama…aku rasanya mau keluaaarrr….”
“Tunggu sebentar buuu…aku juga mau keluaaar kita keluar bareng yaaaa…”
Semakin kencang dan terasa memeknya menjepit kontolku dan tak lama kemudian kurasakan ada semacam cairan panas yang menyirami kontolku di dalam memeknya. Aku semakin mempercepat sodokanku. Dam akhirnya..
Ooooo…aahhh…” desah kami bersamaa. Aku dan bu Asih sama –sama keluar dan sejenak kulihat di memeknya terlihat becek dan banjir.
Setelah hening sejenak lalu kucabut kontolku dan kupakai lagi celana pendekku setelah itu bu Asih merapikan dasternya lagi. Aku langsung minta maaf kepadanya.
“Maaf bu…aku sudah khilaf…”
“Gakpapa Tama…ibu juga minta maaf karena sudah menggodamu” balasnya.
Sebelum aku pergi kusempatkan pamitan ke bu Asih dan dia pun tersenyum.
SHARE

Author

Halo Pembaca Setia, Jangan Lupa Di Share Ya. Salam Mynewblogesex.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar