Malam Perkawinan – Anjani mematoet diri di depan katja. Ini adalah hari yg paling di nantikannya, hari perkawinannya. Ada to moetjh reason mengapa akhirnya dia bersedia menikah dgn Darius. Dan sex moengkin menjadi salah satoenya, walaoepoen Darius tjoema mempoenyai seboeah kemaloean yg ketjil saja. Namoen sex dgn laki laki lain menjadi jaoeh lebih menyenangkan walaoepoen sejak Darius telah menyematkan seboeah tjintjin permata di jarinya. Dia merasa bersalah dan memboetoehkannya dalem waktoe yg bersamaan, setiap kali dia merasakan tjintjin terseboet di jarinya saat laki laki lain sedang meyebadani kemaloeannya yg dijanjikannya tjoema oentoek Darius.
Dia ingat saat malam dimana Darius melamarnya. Dia tersenyoem, menganggoek dan berkata “ya”, mentjioemnya dan menikmati bagaimana nyamannya rasa memakai tjintjin permata yg sangat mahal terseboet. Dan setelah makan malam bersama Darius itoe, dia langsoeng menghoeboengi Along, begitoe mobil Darius hilang dari pandangan, mengoendangnya datang ke roemah kontrakannya. Anjani menoenggoe Along dgn tanpa mengenakan selembar kainpoen oentoek menoetoepi badannya yg berbaring menoenggoe di atas tempat tidoernya, tjintjin permata yg baroe saja diberikan oleh Darius adalah satoe-satoenya benda yg melekat di badan boegilnya.
Ada desiran aneh terasa saat matanya menangkap kilaoean tjintjin permata itoe waktoe tangannya menggenggam kemaloean gemoek Along. Badannya tergetar oleh gairah liar saat tangannya mentjaqoep kedoea payoedaranya dgn air mani Along yg meloemoeri tjintjin itoe. Dan oergasme yg diraihnya malam itoe, yg tentoe saja bersama laki laki lain selain toenangannya, sangat hebat – tangan yg tak dilingkari tjintjin menggosok klitorisnya dgn tjepat sedangkan dia menjilati air mani Along yg berada di tjintjin permatanya. Dia menjadi ketagihan dgn hal ini dan berentjana akan melaqoekannya lagi nanti pada waktoe oepatjara perkawinannya nanti.
Saat ini, dia memandangi pantoelan dirinya di dalem katja mengenakan gaoen pengantinnya. Dia terlihat menawan, dan dia sadar akan hal itoe. Anjani tersenyoem. Dia membaygkan nanti pada oepatjara perkawinannya, teman-teman Darius akan banyak yg hadir dan akan banyak laki laki lain yg akan dipilihnya salah satoenya oentoek memenoehoe fantasi liarnya. Kemaloeannya berdenyoet, dan dia membaygkan apa yg akan dilaqoekannya oentoek memboeat hari ini lebih lengkap dan sempoerna, sewaktoe lontjeng berboenyi nanti di pernikahannya.
Saat dia memboeka pintoe, Bapak Darius, Dirman, sedang berdiri di sana, bersiap oentoek menjempoetnya dan mengantarnya ke gereja. Anjani menarik nafas dalem-dalem. Dia tahoe laki laki di hadapannya ini sangat merangsangnya – beberapa boelan belakangan ini dia telah beroesaha oentoek menggodanya, dan dia pernah mendengar laki laki ini melaqoekan mastoerbasi di kamar mandi saat dia datang berkoenjoeng ke roemah Darius, menyeboet namanya. Anjani beloem pasti apakah moedah nantinya oentoek menggoda Dirman agar akhirnya maoe bersebadan dgnnya, tapi sekarang dia akan mentjari tahoe tentang hal terseboet. Dia tersenyoem lebar saat menangkap mata Dirman yg manatap badannya yg dibaloet gaoen pengantin ketat oentoek beberapa waktoe.
“Bapak” tegoernya, dan memberinya seboeah tjioeman ketjil di pipinya. Parfoemnya yg menggoda menyelimoeti pentjioeman Dirman.
“Bapak datang terlaloe tjepat, aqoe beloem siap. Tapi Bapak dapat membantoekoe.” Digenggamnya tangan Dirman dan menariknya masoek ke dalem roemah kontrakannya, tempat yg akan segera ditinggalkannya nanti setelah menikah dgn Darius dgn tjerita sex dewasa.
“Bapak datang terlaloe tjepat, aqoe beloem siap. Tapi Bapak dapat membantoekoe.” Digenggamnya tangan Dirman dan menariknya masoek ke dalem roemah kontrakannya, tempat yg akan segera ditinggalkannya nanti setelah menikah dgn Darius dgn tjerita sex dewasa.
Dirman mengikoetinya dgn dada yg berbar kentjang. Ini adalah saat yg diimpikannya. Dia heran bagaimana anaknya yg pemaloe dan bisa dikatakan koerang pergaoelan itoe dapat menikahi seorang perempoean tjantik dan menggoda seperti ini, tapi dia senang karena nantinya dia akan mempoenyai lebih banyak waktoe lagi oentoek berdekatan dgn perempoean ini.
“Apa yg bisa koe bantoe?”
“Apa yg bisa koe bantoe?”
Anjani berhenti di roeang tengahnya yg nyaman laloe doedoek di seboeah meja.
“Aqoe beloem memasang kaitan stotjkingkoe… dan sekarang, dgn kain ini… aqoe kesoelitan oentoek memasangnya.”
Soearanya terdengar manis, tapi matanya berkilat liar menggoda. Diangkatnya tepian gaoen pengantinnya, kakinya yg diboengkoes dgn stotjking poetih dan sepatoe bertoemit tinggi langsoeng terpampang.
“Bisakah Bapak membantoekoe memasangnya?”
Dirman ragoe-ragoe oentoek beberapa waktoe. Jantoengnya berdetak semakin tjepat. Apakah ini seboeah “oendangan” oentoek sesoeatoe yg lain lagi, ataoekah tjoema seboeah permintaan tolong yg biasa saja? Dia menganggoek.
“Oh, tentoe…” dia berloetoet di hadapan tjalon istri anaknya dan bergerak meraih kaitan stotjkingnya. Jemarinya sedikit gemetar saat Anjani dgn pelan mengangkat kakinya . Dirman beroesaha oentoek memasangkan kaitan stotjking itoe.
Anjani menggigit bibir bawahnya menggoda, dan lebih menaikkan gaoennya, menampakkan paha panjangnya yg dibaloet stotjking poetih. Dia dapat merasakan seboeah perasaan yg tak asing moelai bergejolak dalem dadanya., seboeah tekanan nikmat yg memboeat napas semakin sesak, memboeat napas semakin memboeroe, dan memboeatnya semakin melebarkan kakinya. Dia dapat merasakan tjairannya moelai membasahi. Kaitan itoe akhirnya terpasang di sekitar loetoetnya. Dirman menghentikan gerakannya, tak yakin apakah dia telah memasangkan dgn benar.
“Bapak, seharoesnya lebih ke atas lagi…” tangan tjalon Bapak mertoeanya yg berada sedikit dibawah kemaloeannya memboeatnya menjadi berdenyoet dgn liar.
Keragoe-ragoean itoe tjoema bertahan oentoek beberapa saat saja. Tangan Dirman menarik kaitan itoe semakin ke atas saat tjalon istri anaknya meneroeskan mengangkat gaoen pengantinnya semakin naik. Dia menelan loedah membasahi tenggorokannya yg terasa kering saat akhirnya kaitan itoe terpasang pada tempatnya di bagian paling atas stotjkingnya. Dia yakin dapat mentjioem aroma dari kemaloean Anjani sekarang, yg memboeat jantoengnya seakan ingin melompat keloear dari dadanya. Tangannya berhenti, kaitan stotjking itoe melingari bagian atas paha Anjani… dan dia merasakan bagian gaoen pengantin itoe terjatoeh saat Anjani melepaskan sebelah pegangannya oentoek meraih bagian belakang kepAlongya dan mengarahkan wajah Bapak tjalon soeaminya mendekat ke kemaloeannya, dan Dirman menemoekan tak ada tjelana dalem yg terpasang di sana.
Anjani melengoeh dan memejamkan matanya saat harapannya terkaboel. Dirman tak memprotes ataoe menolaknya, lidahnya menjilat tepat pada bibir kemaloeannya, dan Anjani semakin basah dgn tjairan gairahnya. Dgn sebelah tangan yg masih menahan gaoen pengantinnya ke atas, dan yg satoenya lagi menekan wajah tjalon mertoeanya ke kemaloeannya yg terbakar, dia moelai menggoygkannya perlahan. Ini serasa di soerga, dan menyadari apa yg diperboeatnya tepat di hari perkawinannya memboeat badannya semakin menggelinjang. Dia mengerang saat lidah Dirman memasoeki loebangnya, dan lidah itoe moelai bergerak, menghisap bibir kemaloeannya, menjilati klitorisnya, wajah Dirman belepotan dgn tjairan keperempoeanan tjalon istri anaknya di roeang tengah roemah kontrakannya.
Semakin Anjani menggelinjang, semakin keras poela Dirman menghisapnya.
“Oh ya Bapak… jilat kemaloeankoe… boeat aqoe klimaks sebeloem aqoe mengoetjapkan janjikoe pada poetramoe… koemohon…” perasaan salah akan apa yg mereka perboeat memboeat Anjani dgn tjepat meraih klimaksnya, dan hampir saja dia roeboeh menimpa Dirman. Ini boekan seperti klimaks yg biasa diraihnya, ini seperti rangkaian ombak yg menggoeloeng badannya, merenggoet setiap sel kenikmatan dari dalem badannya.
TJairan Anjani terasa nikmat pada lidah Dirman, dia menjilat dan menghisap kemaloeannya seperti seorang laki laki yg kehaoesan. Kemaloeannya terasa sakit dalem tjelananya, tjairan pre tjoem nya membasahi bagian depan toexedonya.
Anjani kembali menggelinjang, laloe dgn pelan bergerak moendoer, membiarkan gaoen pengantinnya menoetoepi Bapak Darius. Laloe dia memboeka resleting di bagian belakang gaoennya dan membiarkannya jatoeh menoeroeni badannya. Dia melangkah keloear dari toempoekan gaoen pengantinnya yg tergeletak di atas lantai, tjoema mengenakan sepatoe bertoemit tingginya, bra, dan tentoe saja stotjking beserta kaitannya yg baroe saja dipasangkan Dirman pada pahanya. Anjani tersenyoem padanya, kemaloeannya berkilat dgn tjairannya.
“Aqoe akan ke kamar mandi oentoek membetoelkan make-oep, kalaoe Bapak memerloekan sesoeatoe…” dia berkata dgn mengedipkan matanya. Dirman menatapnya melenggang dan menghilang di balik pintoe, begitoe feminim dan menggoda. TJoema beberapa detik kemoedian dia menyoesoelnya.
Saat dia memasoeki kamar mandi dan berdiri di depan seboeah katja di atas washtafel, dan telah mengenakan seboeah tjelana dalem berwana poetih. Dirman tahoe kalaoe ini adalah salah satoe godaannya yg manis, dan dia telah siap oentoek bermain bersamanya.
Anjani melihatnya masoek, dan dgn seboeah gerakan yg tjantik memboeka lebar pahanya. Dirman melangkah ke belakangnya, mata mereka saling terkoentji dalem masing-masing baygannya dalem katja. Tangan Dirman bergerak ke bagian depan badannya, menggenggam payoedaranya yg masih ditoetoepi bra. Anjani tersenyoem.
“Tapi Bapak, boekankah ini tak layak dilaqoekan oleh seorang Bapak tjalon pengantin pria?”
Dirman memandangi bagaimana bibir Anjani yg memboeka saat bitjara, mendengarkan hemboesan hangat napas, seiring dgn tangannya yg meremasi payoedaranya dalem baloetan bra. “Tak se layak apa yg akan koelaqoekan padamoe.”
Anjani menggigit bibirnya dan mendorong pantatnya menekan kemaloeannya yg mengeras.
“Aqoe nggak sabar,” bisiknya.
Sejenak kemoedian Anjani merasakan tangan tjalon Bapak mertoeanya berada di belakangnya saat dia melepaskan saboek dan membiarkan tjelananya jatoeh toeroen. Dgn moedah tangan Dirman menarik tjelana dalemnya ke samping. Anjani menarik nafas dalem-dalem saat dia merasakan daging kepala kemaloeannya menekan bibir kemaloeannya yg masih basah.. Dia mengerang dan memegangi tepian washtafel saat dgn perlahan Dirman moelai mendorongkan gagang kemaloean itoe memasoekinya. Anjani merasakan bibir kemaloeannya menjadi terdorong ke dalem, merasakan dinding bagian dalemnya melebar oentoek menerimanya.
“Apa ini terasa lebih baik dari kemaloean poetaqoe?” Dirman tersenyoem poeas. Dia tahoe se berapa oekoeran kemaloean poetranya, dan dia yakin kalaoe poetranya mewarisinya dari garis iboenya. Kemaloean tjalon istri poetranya terasa sangat menakjoebkan pada gagang kemaloeannya, dgn tjepat dia sadar kalaoe dia layak oentoek menyebadani tjalon menantoenya lebih sering dibandingkan poetranya. Dan dia mendapatkan firasat kalaoe dia bisa melaqoekannya kapanpoen mereka memiliki kesempatan.
“Oh brengsek!!! Ya Bapak… ayo… beri aqoe yg terbaik oentoek merayakan perkawinankoe dgn poetra ketjilmoe.” dia lebih memboengkoek ke bawah, dan merasakan tangan Dirman pada pinggoelnya. Dia mentjengkeramnya dgn erat dan moelai memompanya keloear masoek. Mereka sadar akan terlambat menghadiri oepatjara perkawinan, tapi Dirman memastikan kemaloean sang mempelai perempoean benar-benar berdenyoet menghisap sehabis persebadanan keras yg lama. Anjani mengerang dan menjerit dan bergoyg pada gagang kemaloean itoe, mengimbangi gerakannya. Mereka saling memandangi baygan mereka berdoea di dalem katja saat menyaloerkan nafsoe terlarang mereka.
Anjani merasa teramat sangat nakal, disebadani dgn layak dan keras oleh Bapak tjalon soeaminya tepat sebeloem oepatjara perkawinannya. Dirman merasakan kemaloeannya mengentjang pada gagang kemaloeannya, dan kali ini, dia merasa seloeroeh badan Anjani mengejang sepanjang klimaksnya. Perempoean ini adalah pemandangan terindah yg pernah disaksikannya, poenggoengnya melengkoeng ke belakang ke arahnya seperti seboeah boesoer panah yg direntangkan, matanya melotot indah, moeloetnya ternganga dalem lengoehan bisoe. Dirman bahkan dapat merasakan pantjaran dari klimaksnya menjalari gagang kemaloeannya saat dia tetap menyebadaninya.
Dia telah memboeatnya mendapatkan klimaks seperti ini selama tiga kali, hingga dia nyaris roeboeh di atas washtafel, menerima hentakannya, kemaloeannya hampir terasa kelelahan oentoek klimaks lagi. Tapi Dirman tahoe bagaimana membawanya ke sana.
“Kamoe mengharapkan air manikoe, iya kan, Anjani? Kamoe ingin agar aqoe mengisimoe dan memboeat kemaloeanmoe terloemoeri air manikoe yg telah mengering saat berjalan di altar perkawinanmoe, benar kan perempoean jalangkoe?”
“Oh ya… yaaa!” sang pengantin perempoean moelai kesoelitan bernafas, dan Dirman dapat merasakannya menyempit. Dirman melesakkan gagang kemaloeannya sedalem yg dia mampoe, dgn setiap dorongan yg keras, dan segera saja dia merasakan sensasi terbakar itoe A?a,?aEs dan dia tahoe dia tak mampoe menahannya lebih lama lagi. Tepat saat kemaloeannya melesak jaoeh ke dalem kemaloean tjalon istri poetranya, menyemboerkan tjairan air mani yg banyak ke dalem kandoengannya, dia merasakan badan Anjani menegang dan klimaks oentoek sekali lagi.
Ditjaboetnya gagang kemaloeannya keloear, menyaksikan lelehan air mani yg mengalir toeroen di pahanya menoejoe ke kaitan stotjking perkawinannya. Dirman tersenyoem.
“Aqoe akan menoenggoe di mobil, Anjani…”
Perlahan Anjani bangkit, masih menggelenyar karena sensasi itoe, wajahnya memerah, loetoetnya lemah, kemaloeannya berdenyoet dan botjor.
“Mmm, baiklah Bapak.”
Dia memoetoeskan oentoek melaqoekan “tradisinya” dan dan mengorek air mani Bapak Darius dari pahanya dgn jari tangan kirinya yg dilingkari oleh tjintjin permata pemberian Darius.
Saat Dirman melihat mempelai perempoean poetranya masoek ke dalem mobil, telah rapi dan bersih, terlihat segar serta berbinar wajahnya dan siap oentoek oepatjara perkawinan, sedangkan baygannya yg terpantoel dari katja mobil adalah saat Anjani memandang tepat di matanya dan menjilat air maninya dari tjintjin permata pemberian poetranya…
0 komentar:
Posting Komentar