Lesbian Risa dan Dea - Cerita ini adalah cerita sex sejenis dengan sahabatku sendiri namanya Risa dia teman satu kampus denganku, karena jadwal kuliah sore hari dan hari ini aku juga bingung mau kemana mendingan maen ke rumah Risa saja sambil menjemput dia dan berangkat bersama ke kampus, aku memang tak mengabari kalau aku mau datang ke rumahnya , si Risa mungkin juga ada di rumah.
Mobilku aku parkirkan di sebelah rumahnya dan memencet bel pagar, ting tong ting tong tak ada jawaban sama sekali aku tekan lagi dan yang keluar adalah pembantunya,
“hai non ada perlu apa”??
“mau nyari Risa ada dirumah gak mbak??
“iya ada non, tunggu sebentar aku panggilkan dulu”
“iya mbak”
“iya mbak”
“kata non risa , mba Dea langsung disuruh menuju ke kamarnya , non risa sudah menunggu”
Aku masukkan mobilku ke dalam dan diantar oleh pembatunya ke kamar Dea.
Saat aku buka di Dea malah asikan dia sedang telanjang sambil membaca buku , hmmmm tubuh yang indah juga, Tampaklah toketnya yang montok dan padat. Ditengah-tengahnya terdapat puting susu yang tinggi, yang dikelilingi oleh lingkaran coklat, sementara bagian kemaluannya ditumbuhi rambut-rambut tipis. Pahanya yang putih dan mulus menantang setiap lelaki untuk menjamahnya.
“Dea, duduk di sini dong. Jangan bengong saja.”
“Lho, kamu lagi ngapain, Risa?” tanyaku.
“Rasanya hari ini aku lagi malas kuliah nih, Dea.”
“Kenapa?” “Nggak tahu tuh. Pokoknya lagi malas.”
“Tapi kamu nggak usah telanjang bulat kayak begitu dong”, kataku sambil menyodorkan kaus singlet kepadanya. Risa bukannya menerima pemberianku, namun ia malah menyeret tanganku sehingga aku jatuh telentang di atas kasur.
Tiba-tiba Risa mencium bibirku, sementara tangannya meremas-remas toketku yang tidak begitu besar.
“Risa! Aduh, kok kamu begini sih?! Jangan ah!” kataku sambil berusaha melepaskan diri. Akan tetapi Risa lebih kuat. Tubuhnya yang bugil menindih tubuhku. Akhirnya aku pasrah saja.
Dengan perlahan-lahan Risa menanggalkan kaus oblong yang kukenakan. Ia menyelipkan tangannya ke balik mangkuk behaku lalu meremas toketku. Aku menggerinjal-gerinjal dibuatnya. Kemudian ia melepaskan beha yang kupakai sehingga terbukalah toketku yang kencang menantang.
“Ya ampun, Dea. Buah dada kamu bagus amat. Biar nggak besar, tapi kencang dan kenyal lho”, kata Risa sambil mempermainkan puting susuku dengan jari-jemarinya yang lentik sehingga membuatku kegelian.
Aku hanya tersenyum saja. Lalu ia meremas-remas toketku. Terasa kenyal dan ketat baginya. Aku semakin menggerinjal-gerinjal. Setelah itu mulutnya menghisap, mengulum, dan menyedot toketku. Lidahnya pun mempermainkan puting susuku yang mulai menegang. Kemudian ia menghisap-hisapnya laksana seorang bayi yang kehausan air susu ibunya.
Setelah puas merambah toketku, Risa membuka celana panjangku. Tangannya meraba pahaku yang mulus. Lalu ia menurunkan celana dalamku, sehingga kami berdua bugil bagai dua orang bayi yang baru saja dilahirkan. Kemudian ia menyuruhku duduk. Ia menyodorkan toketnya ke mulutku dan aku menerimanya.
Aku lumat toket yang kenyal itu dengan mulutku, sedangkan lidahku yang menyambar-nyambar seperti lidah ular, bergoyang-goyang mempermainkan puting susunya yang tinggi menggiurkan. Aku hisap puting susu itu yang semakin lama semakin menegang saja.
Risa semakin memelukku dengan erat. “Ouuhh.. Dea.. ouuhh!” Aku dan Risa saling berpelukan. Kedua pasang toket kami saling bersentuhan.
Sejenak ada perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuhku merasakan toketnya yang kenyal. Demikian pula Risa yang merasakan toketku. Ia menggesek-gesekkan puting susunya ke puting susuku, sehingga kami berdua sama-sama mendesah.
“Ouuhh.. ouuhh..” aku menjerit kecil tatkala lidah Risa mulai menjilati kemaluanku dan kemudian masuk menyusuri liang memekku.
Ia menjilat-jilat bagian dalam “daerah terlarang”ku yang mulai basah itu. Aku menjerit lagi, ketika ujung lidahnya mempermainkan daging kecil yang menempel pada kewanitaanku itu. Lalu aku berdua berbuat serupa. Akhirnya kami berdua sama-sama kelelahan dan tergolek begitu saja di atas kasur.
Tak lama kemudian, Risa bangkit. Ia mengambil es jeruk yang ada di meja di samping tempat tidurnya. Lalu ia menuangkan es jeruk itu ke kemaluanku.
Aku menjerit kecil kedinginan. Sementara ia juga menuangkan es jeruk yang tersisa ke dalam kemaluannya sendiri. Tubuh Risa menindihku. Kepalanya menghadap ke selangkanganku. Demikian pula kepalaku menghadap ke selangkangannya.
Lidahnya mulai menjilati kemaluanku. Ia menikmati er jeruk yang sudah mulai masuk ke dalam liang memekku. Lidahnya mengikuti aliran air jeruk itu sampai masuk ke dalam.
Dijilatinya dinding memekku, membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. “Ouuhh.. Risa.. teruskan..!” desisku bernafsu. Risa melanjutkan penjelajahannya.
Dijilatinya dinding memekku, membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. “Ouuhh.. Risa.. teruskan..!” desisku bernafsu. Risa melanjutkan penjelajahannya.
Sementara itu di sisi lainnya, lidahku pun berbuat hal yang sama pada kemaluannya. Kami berdua dengan garang mempermainkan daging kecil yang berada di dalam liang kewanitaan lawan masing-masing. Kami berdua menggerinjal-gerinjal keras, sampai-sampai tubuh kami berdua jatuh ke lantai.
Beberapa detik kemudian, tubuh kami berdua tergeletak di lantai berdampingan dalam keadaan loyo. Lelah memang, namun penuh dengan kenikmatan yang tak terhingga. Risa tersenyum. Tiba-tiba tangannya kembali meraih tubuhku dan mendekapku.
Kembali toket kami bersentuhan, sementara mulut kami saling melumat satu sama lain. Kami berbaring berhadap-hadapan, dengan kedua kakiku dan kakinya saling berselisipan dan kedua selangkangan kami saling menempel. Kemudian Risa menggesekkan kemaluannya pada kemaluanku berulang-ulang hingga kami berdua puas.
0 komentar:
Posting Komentar