Tega Memperkosa Wanita Hamil Muda - Aku sudah menikah di umurku yang masih muda gini , sekarang umurku 18 tahun dan sudah mengandung anak beranjak ke 5 bulan, namaqu Emi wanita desa asal jawa aku kan bercerita yang terjadi pada diriku, banyak para tetanggaku bilang kalau aku harusnya berada di kota kota besar karena wajah cantikku berpotensi sebagai model disana, tapi mau bagaimana lagi di rumah juga masih ada ibu yang sudah tua dan sakit sakitan.
Suamiku juga hanya buruh dan masih mencari pekerjaan, sedangkan aku untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga aku berjualan jamu dan aku muter muter di desa desa, perutku yang sudah hamil 5 bulan belum terlihat membesar jadi aqu masih di perbolehkan suamiku untuk berjualan berkeliling, kami berdua sangat rukun meski keadaan ekonomi kami cukup sulit.
Seperti biasa, pagi-pagi aquberangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan daganganku. Semua tersusun rapi di dalam keranjang gendong di punggungku. Sampai rumah aqu racik semua bahan-bahan tadi dalam sebuah kuali besar dan aqumasukkan dalam botol-botol air mineral ukuran besar.
“Wah, rajin sekali istriku.” Yeyen menyapaqu dan memberikan sebuah kecupan hangat di keningku.
Aqu pun membalasnya dengan ciuman di pipinya sebelah kanan.
Aqu pun membalasnya dengan ciuman di pipinya sebelah kanan.
“Sudah mau berangkat ke ladang Pak Karjo?” Tanyaqu.
“Iya, mungkin sebentar lagi, hari ini ladangnya akan ditanam ulang setelah kemarin panen. Mungkin nanti aqu tdk bisa mengantarmu sampai ujung jalan karna Pak Karjo akan marah jika aqu sampai terlambat.” Jawab suamiku.
“Tdk apa-apa, ini semua kan demi keluarga kita” Aqu meyakinkannya sambil mengelus pipinya.
“Tapi nanti hati-hati Ratna, ingat kamu sedang hamil. Aqu tdk mau terjadi apa-apa dengan anak kita.”
“Tapi nanti hati-hati Ratna, ingat kamu sedang hamil. Aqu tdk mau terjadi apa-apa dengan anak kita.”
”Iya, suamiku.” Jawabku mengakhiri obrolan kami.
Sebentar saja suamiku minta pamit padaqu untuk segera berangkat ke ladang Pak Karjo. Tak lupa aqu memberikan rantang berisi makanan yg tadi telah aqu siapkan. Setelah sedikit berbenah, akhirnya semua jamu sudah aqu siapkan dan sudah aqu masukkan ke keranjangku.
Waktu juga sudah menunjuk pukul 09.00, berarti sudah saatnya aqu mulai menjajakan jamu. Sebelumnya aqu siap-siap dahulu dengan mengenakan kaos pendek warna putih dan rok selutut.
Aqu gendong keranjang berisi bermacam-macam jamu, aqu kaitkan dengan selendang dengan tumpuan diantara dua tokedqu. Sehingga dadaqu nampak menonjol sekali, belum lagi bawaan jamu yg cukup berat yg membuatku sedikit membusung hingga mencetak dengan jelas kedua dadaqu.
Setelah semuanya siap, aqu segera berangkat berkeliling menjajakan jamu, tak lupa aqu mengunci pintu depan dan belakang rumah warisan ayah Yeyen. Setiap hari rute perjalananku tdklah sama, aqu selalu mencari jalan baru sehingga orang-orang tdk akan bosan dengan jamu buatanku. Karna setiap hari aqu bertemu dengan orang yg berbeda. Kali ini aqu berjalan melewati bagian selatan desaqu.
“Jamu, Jamuuu.” Begitu teriakku setiap kali aqu melewati rumah penduduk.
“Mbakk, Mbakk, Jamunya satu.” Teriak seorang wanita.
“Mau jamu apa mbak?” tanyaqu.
“Kunir Asem satu gelas saja mbak.” Pintanya.
Segera aqu tuangkan segelas jamu kunir asem yg aqu tambahkan sedikit gula merah,Setelah itu aqu berkeliling menjajakan jamu kembali.
Siang itu begitu terik, hingga kaosku basah oleh keringat. Tapi aqu tak peduli, toh penjualan hari ini cukup lumayan. Paling tdk sudah balik modal dari bahan-bahan tadi yg kubeli. Aqu melangkah menyisir hamparan sawah dengan tanaman padi yg sudah mulai menguning.
Memang mayoritas pekerjaan penduduk di Daerah tempatku tinggal adalah petani. Sehingga mulai dari anak-anak hingga dewasa sudah terbiasa dengan pekerjaan bercocok tanam.
Aqu melanjutkan perjalananku dan melewati sebuah gubuk sawah dimana para buruh tani sedang beristirahat karna sudah tengah hari. Belum sempat aqu menawarkan mereka jamu, salah satu dari mereka sudah memanggil.
”Mbak, mbakk, jualan apa mbak?” tanya salah seorang dari mereka.
“Anu, saya jualan jamu mas, ada jamu kunir asem, beras kencur, jamu pahitan, dan jamu pegel linu.”
Jawabku sambil menunjukkan isi keranjangku.
Jawabku sambil menunjukkan isi keranjangku.
”Ohh, kalau begitu saya minta beras kencurnya satu mbak.” kata salah seorang dari mereka.
Segera kuturunkan keranjang bawaanku dan memberikan pesanannya.Mereka semua ada bertiga, salah satu dari mereka sepertinya masih smp.
Segera kuturunkan keranjang bawaanku dan memberikan pesanannya.Mereka semua ada bertiga, salah satu dari mereka sepertinya masih smp.
Aqu duduk di pinggir gubuk tersebut. Sembari beristirahat dari teriknya siang hari. Mereka mengajakku berkenalan dan mengobrol sembari meminum jamu buatanku.
“Wahh, sudah berapa lama mbak jualan jamu?” Tanya Adi yg memiliki tubuh kekar dan hitam.
“Kurang lebih setahun mass, ya sedikit-sedikit buat bantu orang tua.” jawabku sekenanya.
“Wah sama dengan Bowo, dia juga rajin membantu orang tua.” Potong Abdul yg kurang lebih seumuran Adi, sedangkan Bowo adalah yg paling muda diantara mereka.
“Yaa, mau gimana lagi mas, kalau nggak begini nanti nggak bisa makan.” Jawabku lagi.
“Mbak tinggal di desa seberang ya?” tanya Bowo.
“Iya mas, tiap hari saya berkeliling sekitar desa jualan jamu.”
“Ooo, pantas kok saya belum pernah liat mbak.” Jawab Bowo lagi.
Lama kami mengobrol ternyata mereka hampir seumuran denganku, Adi dan Abdul mereka berumur sekitar 20 -an tahun, sedangkan Bowo masih 14-an tahun. Obrolan kami semakin lama hingga membuatku lupa waktu.
“Wah, mbak kalo jamu kuda liar ada nggak ya?” Tanya Adi.
“Wahh, mas ni ngaco, ya ndak ada to mas, adanya juga jamu pegel linu.” Jawabku sambil sedikit senyum.
“Waduhh, kok nggak ada mbak? Padahal kan asik klo ada.” Jawab Abdul sambil terkekeh-kekeh.
“Asik knapa to mas?” Tanyaqu heran.
“Asik knapa to mas?” Tanyaqu heran.
“Ya supaya saya jadi liar kayak kuda to mbak.” Jawab Adi sembari meletakkan gelas di dekat keranjangku
kemudian duduk di sampingku.
kemudian duduk di sampingku.
Posisiku kini ada diantara Adi dan Abdul, sedangkan Bowo ada dibelakangku. Rupanya Bowo diam-diam memperhatikan tubuhku dari belakang, memang BH ku saat itu terlihat karna kaosku yg sedikit basah oleh keringat dan celana dalamku yg sedikit mengecap karna posisi dudukku di pinggir gubuk. Tapi aqu tdk tahu akan hal ini.
“Wah panasnya hari ini, bikin tambah lelah saja.” Abdul berkata sambil tiduran di lantai gubuk itu.
Saking keenakan tiduran tanpa terasa ia menggaruk-garuk bagian kemaluannya. Aqu pura-pura tdk melihat, dalam hati aqu berpikir,
Saking keenakan tiduran tanpa terasa ia menggaruk-garuk bagian kemaluannya. Aqu pura-pura tdk melihat, dalam hati aqu berpikir,
”Dasar orang kampung tdk tahu malu.”
Saat itu Panas semakin terik, sedangkan di gubuk sungguh sangat nyaman dengan angin yg semilir,
tdk terasa aqu pun mulai mengantuk. Mungkin karna tadi aqu bangun pagi sekali sehingga aqu belum sempat untuk beristirahat.
tdk terasa aqu pun mulai mengantuk. Mungkin karna tadi aqu bangun pagi sekali sehingga aqu belum sempat untuk beristirahat.
Adi pun hanya bersandaran pada tiang kayu di sudut gubuk. Bowo juga sama seperti Abdul, tiduran di lantai dengan kepala menghadap ke arahku. Aqu menghela nafas, mengeluh karna panas tak juga usai. Bukannya aqu tdk mau berpanas-panasan berjualan, tapi mengingat kondisiku yg sedang hamil aqu taqut terjadi sesuatu dengan janinku.
”Wah, kok ngelamun aja to mbak? Cantik-cantik kok suka ngelamun, memang ngelamunin apa to mbak?” Kata Abdul mengagetkanku.
”A..anu mas saya cuma mikir kok panasnya tdk kunjung reda.” Jawabku.
”Wah, memangnya knapa to mbak… tinggal ditunggu saja kok nanti juga tdk terik lagi.” Kata Bowo dari belakangku.
“Ya gimana mas, kalau terus seperti ini nanti daganganku tdk laqu, aqu bisa rugi mas.” Jawabku sambil mengamati langit yg sangat terik.
“Sudah mbak, tenang saja, kalau rezeki nggak akan kemana kok.” Hibur mas Adi.
Tdk terasa aqu semakin mengantuk. Semilir angin yg ditambah dengan suasana ladang sawah memang sangat nyaman.
Tak terasa aqu pun mulai memejamkan mata sembari bersandaran pada keranjang dagangan yg aqu letakkan disampingku. Cukup lama aqu ketiduran, hingga aqu terbangun karna ada sesuatu yg menyentuh pantatku.
“aaaaw apa-apaan ini!!?” Aqu terbangun dan kaget ketika Abdul menciumi leherku yg putih, dibuatnya tubuhku merinding dan aqu hanya menggeleng-gelengkan kepalaqu menghindari jilatan liar lidah Abdul.
Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aqu tak dapat mengan kasar.
“Sudah diam! Nanti aqu beli semua jamu milikmu dan sebagai bonusnya aqu minta jamu milikmu yg indah itu.” Kata Adi sambil meremas toked sebelah kiri milikku dan tertawa cenge-ngesan.
Aqu meronta-ronta minta tolong dan mencoba untuk melepaskan ikatan pada kaki dan tanganku. Tapi tenagaqu tdk cukup untuk menolongku dari situasi ini.
”Ampunn mass, saya sudah menikah, nanti suamiku bisa menceraikanku.” Aqu memelas dengan harapan mereka dapat berubah pikiran.
”Oh, ternyata kamu sudah tdk perawan toh, tapi tubuhmu masih sempurna.” Bisik abdul sambil meniup telingaqu.
Darahku serasa berdesir, dicampur rasa ketaqutan yg mendalam. Dalam hati aqu berpikir,
”bagaimana dengan Yeyen, aqu taqut, bagaimana dengan janinku, bagaimana kalau aqu diperkosa.” Berbagai pertanyaan terus menghantui pikiranku saat itu.
“Jangann mass, jangan, aqu sedang haid, jadi tubuhku kotor.” Aqu mencoba untuk mengelabui mereka.
Setelah itu mereka bertiga berhenti menggeraygiku dan saling memandang satu sama lain.
“Yg bener kamu sedang Haid? Wah Sial bener aqu hari ini!” Jawab Abdul kesal.
“Yg bener kamu sedang Haid? Wah Sial bener aqu hari ini!” Jawab Abdul kesal.
“iiya mas, sudah dua hari ini aqu haid, jadi sedang banyak-banyaknya, tolong biarkan aqu pergi.” Aqu
memohon pada mereka.
memohon pada mereka.
“Ya.. ya sudahlah, mungkin kita sedang apes.” Kata Adi.
Namun Bowo yg masih berumur 14 tahun ini tdk memperdulikan ucapanku, dia cukup senang meremas- remas pantatku.
“Sudah wo, dia lagi haid, kamu mau apa kena darah?” Kata Adi pada Bowo.
Bowo tetap tdk menghiraukannya. Justru ia semakin kencang meremas pantatku dan semakin kebawah menuju selangkanganku. Posisiku yg sambil tiduran membuat rok ku sedikit terangkat hingga celana dalam putihku terlihat. Bowo yg saat itu sedang meraba-raba pantatku rupanya tdk menyia-nyiakan hal ini, dibukanya rokku semakin keatas,
“Mana? Tdk ada darah kok.” Kata Bowo.
Sontak ucapan Bowo mendapat perhatian dari Adi dan Abdul.
“Mana woo, jangan bohong kamu.” Kata mereka serempak.
“Kamu bohong!” dan PLakkk! Sebuah tamparan tepat mengenai wajahku.
“Aaa Ampun mass, ampunn, Aqu sedang hamil mass.” Aqu semakin memelas dan ketaqutan.
“Ahh, mau pake alasan apa lagi kamu!” Abdul membentakku dan merobek bajuku, hingga aqu hanya mengenakan BH warna hitam dan rok putih selutut.
“Ahh, mau pake alasan apa lagi kamu!” Abdul membentakku dan merobek bajuku, hingga aqu hanya mengenakan BH warna hitam dan rok putih selutut.
Adi melepaskan ikatan pada tangan dan kakiku.
“Sekarang mau lari kemana kamu?! Memangnya kamu sanggup melawan kami bertiga?” Bowo menantangku, dengan cepat ia membuka baju dan celana pendeknya hingga hanya tersisa celana dalam warna coklat.
Aqu tersentak dan kaget, juga kulihat kont*l Bowo yg sudah membesar hingga sedikit mencuat ke atas celana dalamnya. Aqu merangkak menuju sudut ruangan itu, aqu menggedor-gedornya dengan harapan ada seseorang yg mendengar. Tapi tindakanku justru membuat mereka semakin bernafsu untuk segera menikmati tubuhku.
“Mau kemana kamu, disini tdk ada orang lain kecuali kami bertiga hahaha.” Adi senang sekali melihatku hanya mengenakan BH dan Rok yg sedikit tersingkap.
“Mass ampunn, aqu sedang hamil, nanti suamiku bisa membunuhku.” Tubuhku merinding dan sesekali aqu berteriak minta tolong.
“Wahaha, aqu sudah tdk percaya lagi dengan ucapanmu! Kalau suamimu ingin membunuhmu, ceraikan saja! Setelah itu kamu bisa jadi WTS sepuasnya.” Kata abdul sambil mendekatiku.
Diraihnya kedua tanganku dan membuatku sedikit berdiri. Srakk, Abdul merobek rok ku dan melemparnya ke arah Bowo.
“Itu wo, buat kenang-kenangan.” Kata abdul.
“haha, iya mas, nanti aqu pajang di rumah.” Kata Bowo cengar-cengir.
Kini tubuhku sudah setengah bugil. Tanganku secara naluri menutup dada dan selangkanganku.
“Wah bener-bener, ini namanya rejeki nomplok.” Abdul menciumi leherku yg putih, dibuatnya tubuhku merinding dan aqu hanya menggeleng-gelengkan kepalaqu menghindari jilatan liar lidah Abdul.
Ciuman Abdul semakin turun mengarah pada dua gunung kembar milikku. Aqu tak dapat mengelak, tanganku di pegang abdul dan diangkatnya keatas.
Abdul semakin liar menjilati dadaqu yg masih terbungkus BH, ia berpindah-pindah dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Hingga ia kemudian menjilati ketiakku.
“Aaa, ampun mass, ampun, too.. tolong nghh.” Aqu tdk dapat berbohong kalau kelaquan Abdul membuat birahiku naik dan tubuhku menjadi sedikit lemas.
Dengan sedikit dorongan, Abdul menjatuhkanku di tengah ruangan dan kait BH ku terlepas. Aqu sudah tdk bisa lari dari mereka, kini yg ada di dalam pikiranku hanya janin di dalam perutku, aqu menyadari semakin aqu melawan maka mereka juga akan semakin kasar terhadapku.
Aqu terdiam, tak melaqukan perlawanan, bahkan berteriak pun tdk. Air mata mulai menetes membasahi pipiku. Isak tangisku beradu dengan tawa dari mereka bertiga. Tubuhku lemas, antara taqut dan pasrah menjadi satu.
Dengan kedua tangannya Abdul membalikkan badanku hingga kini terlentang memperlihatkan Paha dan Tokedqu yg sudah sedikit terbuka. Mereka bertiga berdiri diatasku sambil cengengesan, rupanya Adi juga sudah melepas celananya diikuti dengan Abdul.
Aqu sudah bisa membaygkan apa yg akan terjadi sebentar lagi. Bowo yg sudah siap dari tadi telungkup dari atasku, tangannya mulai bermain di telingaqu sedangkan kepalanya terus memburu bibirku.
“mmpff… mmpff.” Bowo menciumku dengan ganas, aqu hampir tdk bisa bernapas dibuatnya.
Sambil tetap berciuman dia menggapai tanganku dan mengarahkannya ke kont*lnya yg sudah membesar.
Sambil tetap berciuman dia menggapai tanganku dan mengarahkannya ke kont*lnya yg sudah membesar.
Dituntunnya aqu untuk meremas-remas buah pelirnya yg kini ia berganti posisi dengan sedikit nungging. Aqu pun menurut saja, aqu remas-remas bagian buah zakar sampai ke dekat bagian anus yg masih tertutup celana dalam yg sudah usang.
Tdk berapa lama Adi sudah berada di paha bagian kananku. Ia sudah telanjang, kini ia menindih pahaqu diantara selangkangannya, hingga dapat kurasakan kont*lnya yg besar dan berotot menggesek-gesek pada pahaqu yg mulus. Tangan Adi mulai bermain di dadaqu, sambil sesekali ia menjilat bagian perutku.
“nggghhh uaa mppff.” desahanku membuat mereka berdua semakin liar memainkan lidahnya di tubuhku.
“ngghh, ahhh, mmppff.” sambil tetap berciuman desahanku tak henti-hentinya keluar. Memang harus kuaqui meski dari rohani aqu menolak, tapi tubuhku tdk dapat menolaknya dan aqu rasakan mekiku mulai basah oleh lendir kewanitaanku.
“Heh! Minggir-Minggir!” Biar aqu yg pertama merasakan tubuhnya.” Teriak Abdul.
“Aqu kan yg mendapatkan ide ini, jadi aqu yg berhak untuk memulainya, awas-awas.” Tambahnya.
Adi dan Bowo segera menyingkir dari tubuhku. Bak seorang raja, Abdul menindihku, dan kini kont*lnya
yg sudah tdk dilapisi apapun tepat berada ditengah-tengah selangkanganku.
yg sudah tdk dilapisi apapun tepat berada ditengah-tengah selangkanganku.
“Gimana nona manis, sepertinya kamu juga keenakan ya?” Kata Abdul di depan mukaqu.
“Yg tadi itu belum pemanasan, baru tahap uji coba.” Ia semakin mendekat di wajahku.
Seketika itu agus melepas BH ku, dan dengan liar putingku dimainkan.
Bowo yg tdk bisa diam meraih tanganku dan mengarahkan ke kont*lnya lagi, lalu menyuruhku untuk mengocok-ocoknya. Adi pun tdk mau kalah, dari sisi yg lain ia memintaqu untuk melaqukan seperti apa yg kulaqukan pada Bowo.
Wajah Bowo menghilang dari hadapanku, rupanya ia turun dan kini ia tepat berada di atas daerah kemaluanku, dilebarkannya kakiku dan ia mulai menciumi mekiku yg masih dilapisi celana dalam sambil tangannya memainkan putingku.
Aqu semakin bernafsu, tanpa kusadari aqu mengangkat pinggulku agar ciuman Abdul pada mekiku lebih terasa. Abdul tampaknya tahu kalau aqu sudah sangat terangsang.
Segera ia melepas celana dalamku yg sudah banjir oleh lendir dari mekiku. Disibakkannya rambut kemaluanku dengan lidahnya. Kemudian Abdul mulai menjilati mekiku dan sesekali menghisap klitorisku dan tangannya semakin liar bermain di kedua tokedqu.
“nggghhh, ahhh, aaaa mmmh mass.” Aqu mengerang keenakan sambil menekuk kedua pahaqu sehingga abdul lebih leluasa memainkan mekiku.
Aqu benar-benar serasa melayg, dihadapanku kini ada 3 orang yg secara beringas memperkosaqu. Aqu sangat malu pada diriku, knapa aqu justru bisa menikmati keadaan ini, tapi tubuhku seolah-olah sudah menyatu dengan jiwa mereka.
“mass ahhh, terus mass, enn enak.” Aqu terus meracau tak karuan yg membuat mereka bertiga semakin bernafsu. Lidah Abdul Semakin liar menghisap-hisap mekiku diiringi kocokanku pada batang kemaluan Bowo dan Adi.
“ ahhhh ahhh, mass. lebih cepat mass.” aqu mengerang dan ketika itu juga aqu mengalami orgasme.
Cairanku membasahi wajah Abdul namun ia terus menjilatinya hingga aqu menggelinjang kekanan dan
kekiri.
Cairanku membasahi wajah Abdul namun ia terus menjilatinya hingga aqu menggelinjang kekanan dan
kekiri.
Kini Abdul membangunkan tubuhku, dan memintaqu untuk menjilati ketiga kont*l mereka. Aqu seperti
dicekoki, didepanku kini ada 3 rudal yg siap menjejali mulutku.
dicekoki, didepanku kini ada 3 rudal yg siap menjejali mulutku.
Tanpa menunggu lama, aqu masukkan kont*l mereka bergantian di mulutku, sambil tanganku memainkan batang
kemaluan mereka. Mereka bertiga nampaknya merasa keenakan,
kemaluan mereka. Mereka bertiga nampaknya merasa keenakan,
0 komentar:
Posting Komentar