Lanjutan Cerita : Senjata Tumpul Memainkan Memekku – Sensasi hebat kembali mendersaya saat dengan liar mulut Pak Hary menggigit-gigit perut bagian bawahku yang masih rata. Perutku memang rata karena saya rajin berlatih kebugaran selain itu saya belum mempunyai anak hingga tubuhku masih sempurna.
“Akhh.. Pak…ouchh..” Saya mendesis saat bibir Pak Hary menelusuri gundukan bukit kemaluanku.
Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana.
Tubuhku tersentak saat lidah Pak Hary yang panas menyusup ke dalam liang kemaluanku dan menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar hingga wajah Pak Hary bebas menempel gundukan kemaluanku. Rasa geli yang tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yang tebal kadang ikut menggesek dinding lubang kemaluanku membuat saya semakin kelabakan.
Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajah Pak Hary dengan giat menggesek-gesek bukit kemaluanku yang terbuka lebar. Perutku serasa ksaya dan matsaya terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang amat sangat.
Saya tak kuasa meneruskan kata katsaya karena saya sudah keburu orgasme saat lidah Pak Hary dengan liar menggesek-gesek kelentitku. Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Saya tak bisa bergerak karena kedua pahsaya ditindih lengan Pak Hary yang kokoh.
Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Pak Hary hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai. Pak Hary lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya.
Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya di bawahnya. Sebuah senyum kemenangan karena ia telah berhasil mengalahkanku satu ronde! Saya pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki. Maka saya pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.
Kemudian ia mencucukkan batang kemaluannya yang sudah sangat keras ke bibir kemaluanku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri.
Saya menahan napas saat Pak Hary mendorong pantatnya hingga ujung kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang kemaluanku. Seinci demi seinci, batang kemaluan Pak Hary mulai melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Saya menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.
Rupanya Pak Hary sangat berpengalaman dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh batang kemaluannya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh batang kemaluannya sudah terbenam seluruhnya ke dalam liang kemaluanku.
Kami terdiam beberapa saat untuk menikmati kebersamaan menyatunya tubuh kami.
Kami bisa melihat saat-saat yang indah itu secara utuh melalui cermin besar yang ada di kamar tidur tamu. Tiba-tiba saya melihat bahwa kami adalah pasangan yang sangat serasi. Terlihat tubuh Pak Hary yang bugil memiliki otot-otot yang keras dengan kulit yang berwarna gelap. Tubuhku yang bugil pun terlihat bagus dengan kulit yang putih dan otot-otot yang kencang karena sering berolah raga secara teratur. Kami betul-betul terlihat sangat serasi. Karena itu, kupikir Pak Hary benar-benar berhak atas tubuhku dan demikian pula sebaliknya.
Mungkin hanya status sosial dan status pernikahan kami masing-masing yang tak memungkinkan kami untuk menjadi sepasang suami istri. Tapi sepanjang kami dapat menikmati persetubuhan ini dengan leluasa, rasanya tak ada masalah.
Bibir Pak Hary memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Saya merasakan betapa batang kemaluan Pak Hary yang terjepit dalam liang kemaluanku mengedut-ngedut.
Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Pak Hary menarik batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku.
“Enak, Bu..?” bisiknya.
“Kamu nakal Pak Hary hhh…ohhh…”
Belum sempat saya menyelesaikan ucapanku, Pak Hary mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kemaluannya menumbuk dinding rahimku di dalam sana.
Saya tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara kemaluanku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari batang kemaluannya yang besar, sangat besar untuk ukuran orang Indonesia.
Setelah puas melumat bibirku, kini giliran payudarsaya yang dijadikan sasaran lumatan bibir Pak Hary . Kedua puting payudarsaya kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Pak Hary . Pantas tubuhnya kekar begini habis neteknya sangat bernafsu sampai-sampai mengalahkan anak kecil!!
Tubuhku mulai mengejang… Gawat, saya hampir orgasme lagi. Kulihat Pak Hary masih belum apa-apa!! Ini tidak boleh dibiarkan… pikirku. Saya paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa full sensation. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Pak Hary .
Tubuhku mulai mengejang… Gawat, saya hampir orgasme lagi. Kulihat Pak Hary masih belum apa-apa!! Ini tidak boleh dibiarkan… pikirku. Saya paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa full sensation. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Pak Hary .
“Giliran saya di atas, Sayang….”
Pak Hary meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini saya sudah berada di atas tubuhnya.
Saya sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan saya mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya bermain hula hop. Kulihat mata Pak Hary mulai membeliak saat batang kemaluannya yang terjepit dalam liang kemaluanku kuputar dan kugoyang. Pantat Pak Hary pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.
“Shhh… oughh… terushh.. Buuu… arghhhh…!”
Pak Hary mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya.
Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeraman Pak Hary semakin kuat menekan pantatku hingga saya terduduk di atas kemaluannya. Kelentitku semakin kuat tergesek batang kemaluannya hingga saya tak dapat menahan diri lagi.
Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalsaya tersentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejat-ngejat di atas perut Pak Hary . Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.
“Akhh… ohhh… ter..rushhh, Pakkkkk… ohhh…”
“Akhh… ohhh… ter..rushhh, Pakkkkk… ohhh…”
Saya menjerit melepas orgasmeku meminta Pak Hary untuk semakin kuat memutar pantatnya. Akhirnya saya benar-benar ambruk di atas perut Pak Hary . Tulang belulangku seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat.
Saya hanya pasrah saat Pak Hary yang belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga saya seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Pak Hary menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya batang kemaluannya di belahan kemaluanku dari belakang. Rupanya ia paling menyukai doggy style.
Setelah tepat sasaran, Pak Hary mulai menekan pantatnya hingga batang kemaluannya amblas tertelan lubang kemaluanku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan liang kemaluanku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Pak Hary mulai menggenjot lubang kemaluanku dari arah belakang.
Kembali terdengar suara tepukan beradunya pantatku dengan tulang kemaluan Pak Hary yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan liang kemaluanku, kedua pahsaya yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Pak Hary .
Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Saya merasakan betapa jepitan liang kemaluanku kian erat menjepit kemaluannya. Saya bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga saya pasrah saja.
Saya benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan batang kemaluan Pak Hary yang menghunjam ke dalam liang kemaluanku.
Nafsuku mulai terbangkit lagi. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat batang kemaluan Pak Hary menggesek-gesek kelentitku.
“Ugh..ugh..uhhh…”
Terdengar suara Pak Hary mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kemaluannya.
Kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku.
Kepalsaya terdongak ke belakang, sementara Pak Hary tetap menggerakkan kemaluannya dalam jepitian liang kemaluanku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalsaya yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Saya yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.
Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali saya mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Pak Hary ini. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat persetubuhan pertama tadi.
Tubuhku terasa loyo sekali. Saya sudah tidak mampu bergerak lagi. Pak Hary melepaskan batang kemaluannya dari jepitan kemaluanku dan mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang.
Saya sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahsaya lebar-lebar lalu kembali Pak Hary menindihku.
Lubang kemaluanku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan batang kemaluannya ke bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya batang kemaluannya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang kemaluanku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.
“Pak Hary ..hebatthhh..” bisikku.
“Biasa, Bu.. kalau ronde kedua saya suka susah keluarnya…” demikian kilahnya.
Namun kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibir Pak Hary sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantat Pak Hary kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan.
Kulihat tonjolan urat di kening Pak Hary semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napas Pak Hary semakin mendengus seperti kerbau gila. Saya yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Pak Hary .
“Ugh… ughh… uhhhh…”
Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangan Pak Hary menopang pantatku dan menggenjot lubang kemaluanku dengan tusukan-tusukan batang kemaluannya. Saya tahu sebentar lagi ia akan sampai. Saya pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku.
Crrt… crrtt.. cratt… crattt.. crrat… Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Saya yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.
Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Batang kemaluan Pak Hary yang masih kencang tetap menancap ke dalam liang kemaluanku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan batang kemaluan Pak Hary tetap tertancap dalam liang kemaluanku.
Paginya kami sempat bersetubuh lagi sebelum Pak Hary pulang kembali ke kantor.
Kami sepakat bahwa kami akan berlsaya wajar seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara kami.
Mulai Saling Merindu
Sudah hampir dua bulan sejak persetubuhanku dengan Pak Hary kami tidak melakukannya lagi. Hal ini disebabkan karena suamiku selalu ada di rumah. Di samping itu, saya juga sempat dinas luar sehingga tidak ada kesempatan bertemu secara bebas. Lama-lama saya merasa kangen juga dengan tongkat Pak Hary . Saya sudah merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya.
Akhirnya kesempatan yang kutunggu-tunggu datang juga. Itulah yang namanya rezeki, tidak perlu dikejar dan tidak dapat pula ditolak. Kalau sudah waktunya pasti akan datang dengan sendirinya.
Hari itu hari Sabtu jadi kantor libur. Kebetulan pula suamiku sedang seminar di Pekanbaru dan pulang Minggu sore. Karena suntuk di rumah, saya mencoba datang ke kantor. Siapa tahu ketemu Pak Hary .
Sesampai di kantor, ternyata dia tidak ada. Selidik punya selidik ternyata Pak Hary sedang mengambil cuti tahunan, jadi ia libur selama satu minggu.
Terdorong kerinduanku, saya memberanikan diri mendatangi rumahnya. Toh saya sudah biasa datang ke sana dan sudah kenal baik dengan istrinya. Setelah membeli biskuit dan gula serta susu buat bayinya, saya meluncur ke rumahnya yang kalau kutempuh dari kantor kira-kira memakan waktu 45 menit. Lumayan jauh.
Suasana tampak sepi saat mobilku memasuki halaman rumah Pak Hary yang sudah sangat kukenal. Saya mengenal seluk beluk rumah itu, seluruh penghuninya dan tetangganya karena saya memang sering datang ke situ.
Setelah memarkir mobilku di samping rumahnya, saya mencoba memanggil-manggil si penghuni rumah.
“Yu…yu Dar… ini saya Wati…”
Berulang-ulang kupanggil nama istri Pak Hary , namun tidak ada jawaban. Rumah tidak terkunci namun tidak ada orang.
Saya lalu memutuskan untuk memutar ke belakang rumah siapa tahu mereka berada di kebun belakang rumah. Tetapi tidak ada orang satu pun di kebun belakang rumah.
Sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah Pak Hary . Jangan berpikiran kalau kamar mandi di perkampungan sama seperti di kota-kota. Kamar mandi milik Pak Hary hanya dibatasi anyaman bambu tanpa atap, sehingga bila hujan selalu kehujanan dan kalau panas selalu kepanasan. Untungnya lokasinya berada di bawah pohon rambutan sehingga agak terlindung dari panas.
Kudengar suara parau mendendangkan lagu dangdut yang tidak begitu kukenal. Saya memang tidak suka sama musik dangdut jadi kurang begitu kenal dengan lagu yang dinyanyikan dengan suara fals itu. Itu suara Pak Hary yang sangat kukenal di telingaku.
Dengan rasa iseng kuintip Pak Hary yang sedang mandi lewat celah-celah anyaman bambu yang agak longgar. Kulihat tubuh Pak Hary yang kekar nampak mengkilat terkena busa sabun. Batang kemaluannya yang besar tampak menggantung dipenuhi busa sabun dan kelihatan lucu, seperti badut. Batang kemaluannya bergoyang-goyang seperti jam dinding kuno seiring dengan gerakan Pak Hary yang menyabuni tubuhnya.
Pak Hary yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku sudah duduk di bangku panjang yang terletak di beranda belakang rumahnya.
Ia melongo seolah tak percaya dengan kedatanganku.
“Enggak, baru saja sampai kok. Orang-orang pada kemana, kok sepi?”
“Em.. anu, Bu Dar sedang ke Jawa menengok ibunya. Katanya ibunya kangen sama cucunya.”
“Lho kok enggak bareng sama Pak Hary ?”
“Enggak, soalnya biar irit ongkosnya, Bu. Silahkan masuk, Bu…”
Saya pun masuk ke rumah melalui dapur dengan diiringi Pak Hary . Begitu pintu ditutup, Pak Hary langsung memeluk tubuhku dari belakang. Diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.
“Saya.. kangen sama Bu Wati…” bisiknya di telingaku.
Saya sendiri juga kangen dengan Pak Hary . Kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan tongkatnya, tetapi saya tetap berpura-pura menjaga wibawaku.
“Ahh… Pak Hary bisa saja… Kan sudah ada Yu Dar…”
“Memang sih… tapi benar saya kangen sama Ibu…”
Tangannya yang terampil segera melepas blazerku dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingsaya lalu tangannya melepas kancing baju atasanku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar blazerku tadi.
Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Kemudian dengan mulutnya digigitnya kaitan bra ku hingga terlepas. Tangannya yang kekar menyusup ke dalam kutangku dan meremas isinya yang penuh. Jari-jarinya dengan lincah memainkan kedua puting toketku.
Setelah puas, dilepasnya kutangku dan dilemparkannya jadi satu dengan blazerku tadi. Kini saya hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali.
Jilatan lidah Pak Hary terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yang tebal terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.
Saya yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di ruang tengah yang agak terbuka.
Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di rumah itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di rumahku. Yang ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai yang dilapisi karpet plastik serta lemari pakaian plastik di dekatnya. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamarnya. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.
Saya semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua payudarsaya diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Saya semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku membuat seluruh bulu romsaya berdiri. Dari leher bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran payudarsaya yang dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik toketku. Saya merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.
Dengan masih berdiri memepet tembok, celansaya dilucuti oleh tangan terampil Pak Hary . Saya membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di pinggang Pak Hary hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak mengenakan celana dalam!! Batang kemaluannya yang panjang, besar dan berwarna hitam gagah nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.
Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam batang kemaluannya dan meremas serta mengurutnya.
“Oughhh…terushh, Bu…”
“Akhhh…ouchh….”
Kini giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangan Pak Hary menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas-remas gundukan kemaluanku yang sudah basah. Tidak Cuma itu… jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah vaginsaya dan mempermainkan tonjolan kecil di celah memekku. Saya semakin liar bergoyang saat jari-jari Pak Hary semakin masuk ke dalam liang memekku. Rasanya liang vaginsaya semakin basah oleh cairan akibat rangsangannya itu.
Saya agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di selangkanganku. Tangannya kini bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat saya kembali terangsang hebat. Tiba-tiba Pak Hary melepaskan tanganku dari batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri. Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Saya membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku dan menendangnya jauh-jauh.
Kini mulut Pak Hary sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku. Dengan bersimpuh Pak Hary mulai menjilati labia mayorsaya sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.
“Akhh. Terushhh..ohhh..”
Saya hanya bisa merintih sat lidah Pak Hary menyeruak ke dalam liang kemaluanku yang sudah sangat licin. Ditekankannya wajahnya ke selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam menyeruak ke dalam liang kemaluanku. Saya semakin menggelinjang saat lidah Pak Hary dengan nakalnya mempermainkan kelentitku. Sesekali ia menyedot kelentitku dan mengosek-kosek kelentitku dengan lidahnya. Gila… tubuhku mulai mengejang dan perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan.
Pak Hary sudah tidak peduli dengan keadaanku yang kepayahan menahan nikmat. Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di ujung atas liang memekku. Akhirnya saya tak mampu menahan gempuran badai birahi yang melandaku. Tubuhku berkelojotan. Matsaya membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuhku melayang…
“Akhhh….terr..ushhhh…”
Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik puncaknya dan kurasakan ada sesuatu yang meledak di dalam sana. Tubuhku melemas seolah tak bertenaga. Saya hanya bersandar dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi.
Pak Hary lalu berdiri di hadapanku.
“Bagaimana, Bu..?” bisiknya di telingaku.
Masih dengan posisi berdiri dengan saya menyandar dinding, Pak Hary menyergap bibirku lagi. Pak Hary menempatkan dirinya di antara kedua pahsaya yang terbuka lalu dicucukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku yang sudah sangat basah. Dengan tangannya Pak Hary menggosok-gosokkan kepala kemaluannya ke lubang kemaluanku. Tubuhku kembali bergetar. Saya mulai terangsang lagi, saat kepala kemaluan Pak Hary menggesek-gesek tonjolan kecil di lubang kemaluanku.
Dengan perlahan Pak Hary mendorong pantatnya ke depan hingga batang kemaluannya menyeruak ke dalam liang kemaluanku.
“Hmmhh…”
Hampir bersamaan kami mendengus saat batang kemaluan Pak Hary menerobos liang kemaluanku dan menggesek dinding liang vaginsaya yang sudah sangat licin. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan saling melumat. Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantat Pak Hary . Pak Hary terus menekan dan mendorong pantatnya menghunjamkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku dengan posisi berdiri.
Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba Pak Hary mencabut batang kemaluannya yang terjepit liang kemaluanku. Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.
Kedua tangan Pak Hary meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju mundur. Batang kemaluannya semakin lancar keluar masuk liang kemaluanku yang sudah sangat licin.
Saya pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pak Hary dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor.
Napas Pak Hary semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku. Batang kemaluannya seperti kupilin dalam jepitan liang kemaluanku. Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan batang kemaluan Pak Hary .
“Terusss.. Buu…terusshhh” Pak Hary mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.
“Arghh..arghhh.. akhhh.. say..saya… keluarhhh, Buuu…”
Kudengar Pak Hary menggeram saat batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Saya pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang menyongsong tusukan Pak Hary hingga batang kemaluannya melesak sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk mulut rahimku. Saya seperti melayang begitu puncak kenikmatan itu datang mengaliri sekujur tubuhku. Baru saja saya menikmati orgasmeku, kurasakan ada semburan cairan hangat dari batang kemaluan Pak Hary di dalam liang memekku.
Crat…crrtt..crutt…crttt..crott..!!
Banyak sekali cairan sperma Pak Hary yang tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian menetes ke karpet kamar tidurnya.
Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan Pak Hary memeluk dadsaya dan batang kemaluannya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam liang kemaluanku. Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur kumal yang biasa ditiduri Pak Hary dan istrinya.
Kami berbaring dengan Pak Hary masih memeluk tubuhku dari belakang. Batang kemaluan Pak Hary yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari batang kemaluan Pak Hary . Saya tak tahu dengan kain apa Pak Hary menyeka lubang kemaluanku untuk membersihkan cairan sperma yang menetes dari labia mayoraku. Saya terlalu lemas untuk memperhatikan. Akhirnya saya tertidur kelelahan setelah digempur habis-habisan oleh Pak Hary .
Saya tidak tahu berapa lama saya telah tertidur di kasur Pak Hary . Saya tersadar saat ada sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik saya terkejut ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi adalah batang kemaluan Pak Hary yang sudah setengah ereksi.
Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangi mukaku. Tangannya memegangi batang kemaluannya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat saya terbangun, serta-merta Pak Hary memegang bagian belakang kepalsaya dan mencoba memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Saya menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori batang kemaluan laki-laki!! Gila. Saya pun tak mempunyai pilihan lain kecuali menyambutnya dengan mulut terbuka…
Kurasakan ada sedikit asin-asin yang agak aneh saat bibirku mulai mengulum batang kemaluan Pak Hary yang disodorkan padaku. Belakangan saya baru tahu bahwa Pak Hary langsung kencing ke belakang begitu bangun. Sekembalinya ke kamar, ia langsung terangsang melihat diriku yang masih tertidur dalam keadaan bugil.
Demikianlah selanjutnya, ia membangunkanku dengan memukul-mukulkan penisnya ke muksaya supaya saya bisa segera memuaskan nafsunya kembali. Walaupun sedikit gelagapan, tentu saja saya melakukannya dengan setulus hati. Sedikit demi sedikit batang kemaluan itu semakin mengeras dalam kulumanku.
Beberapa saat kemudian Pak Hary membalikkan posisinya. Batang kemaluannya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap selangkanganku.
Dibentangkannya kedua pahsaya kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluanku. Saya semakin gelagapan karena merasa kegelian diselangkanganku sementara mulutku tersumpal batang kemaluan Pak Hary .
Saya ikut menyedot batang kemaluannya saat Pak Hary menyedot kemaluanku. Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi pak wajah Hary menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi Pak Hary .
Saya semakin menggelinjang liar saat lidah Pak Hary mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk kedua pahsaya ke atas. Saya sangat terangsang dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang memekku. Saya tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang kemaluannya.
Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku. Pak Hary dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang kemaluanku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labia mayorsaya ke arah berlawanan. Saya tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan berkelejat seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam. Saya mengalami orgasme lagi dengan cepatnya.
Pak Hary masih membiarkan batang kemaluannya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah saya mulai dapat mengatur napasku, Pak Hary menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk.
Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya batang kemaluannya ke lubang kemaluanku. Dengan pelan saya menurunkan pantatku hingga batang kemaluan Pak Hary secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang kemaluanku. Saya menahan napas menikmati gesekan batang kemaluannya di dinding lubang kemaluanku. Setelah beberapa kocokan yang kulakukan akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluan Pak Hary ke dalam lubang kemaluanku.
Kini saya duduk di atas perut Pak Hary yang setengah duduk dengan punggung diganjal bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok saya mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangan Pak Hary mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek toketku.
Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini saya dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan batang kemaluan laki-laki yang menancap di lubang kemaluanku.
Saya mendesis-desis saat Pak Hary ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua payudarsaya hingga kedua putingku masuk ke dalam mulut Pak Hary . Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat. Saya semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan Pak Hary . Tubuhku kembali mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik.
“Terusshhh..terusshhh … ouchhh….”
Saya semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak. Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya saya ambruk di dada Pak Hary .
Pak Hary lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan lubang kemaluanku. Bantal yang tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga gundukan kemaluanku semakin membukit. Saya yang sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang kemaluannya.
Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa batang kemaluannya menusuk-nusuk lubang kemaluanku. Kedua tangan Pak Hary mengganjal bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku.
“Ughh..ughhh… putarrrhhh… Buu…putarrrhhh… ugghhh…”
Kudengar Pak Hary mendengus memerintahku memutar pantatku.
Saya mematuhi perintahnya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.
“Terushhh.. terushhh ter…oughhhh!!”
Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Pak Hary berkelojotan. Tubuhnya tersentak-sentak dan hunjaman batang kemaluannya serasa menghantam sangat dalam karena didorong sekuat tenaga olehnya. Batang kemaluannya berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.
Crottt…crott..crott…
Batang kemaluannya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam liang kemaluanku. Saya merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Tubuh Pak Hary masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam.
Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Batang kemaluannya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan liang kemaluanku. Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih.
Hari sudah menjelang sore saat saya bangun dari kasur Pak Hary . Saya kaget saat mau kupakai celana dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang masih menempel. Rupanya tadi Pak Hary menyeka lubang vaginsaya dengan celana dalamku! Sialan juga terpaksa saya tidak memakai celana dalam.
Dengan memakai celana dan baju atasanku saya keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa lendir sehabis persetubuhan tadi.
Saya baru saja mau berdiri dan menaikkan celansaya saat tiba-tiba Pak Hary yang hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membanahi celansaya lagi-lagi Pak Hary merangsekku di kamar mandinya yang terbuka.
Diturunkannya lagi celansaya hingga sebatas lutut lalu didekapnya saya dari belakang. Bibirnya dengan ganas dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingsaya hingga gairahku mulai terbangkit lagi. Selesai
0 komentar:
Posting Komentar